Perkenalkan manusia baru dalam subtitle malam hariku. Namanya Gerhana Wirasena. Bagaimana? Namanya sudah membuatmu bertanya-tanya atau tidak? Hmmm, mengapa Namanya Gerhana? Mengapa harus Wirasena? Apakah Gerhana menyukai bumi? Apakah panggilannya Gerhana?
Hussst…..
Mari kita temukan dalam laman terbaru.
GERHANA
Gerhana Wirasena, ayahnya memberi nama Gerhana agar ia tumbuh sebagai lelaki yang cerdas,penuh daya cipta, naluri, dan filosofis. Semoga nama Wirasena akan membentuk ia menjadi lelaki yang pemberani seperti doa ibunya ketika ia akan di lahirkan ke dunia. Tapi sayang Gerhana lahir tanpa seorang ibu, karena tepat pada saat ia di lahirkan hari itu juga adalah hari dimana ibunya meninggalkan dunia yang fana ini.
7 tahun berlalu……
Sena dibesarkan tanpa seorang ibu, tetapi ia di besarkan oleh seorang ayah yang sangat hebat. Sena bukan seperti kebanyakan teman-temannya yang lain, yang akan menceritakan betapa lezatnya masakan ibu. Tetapi Sena sealu bercerita bagaimana ia memiliki seorsang ayah seperti koki professional yang bisa membuat makanan selezat apapun, dan ia juga bangga bagaimana ia memiliki sosok ayah yang setiap malam selalu bercerita dongeng kepada Sena ketik menjelang tidur.
Ia merasa cukup dengan semua itu. Tapi dilain sisi ia juga bertanya-tanya. Mengapa ayah menggantikan posisi seorang ibu? Mengapa ayah tidak pernah bercerita tentang ibu? Dimana ibu berada? Bagaimana kasih sayang seoarang ibu? Apakah kasih sayang seorang ibu sama seperti ayah? Apak ibu juga suka memasak seperti ayah?
Pertanyaan-pertanyaan perihal ibu selalu ia simpan rapi pada isi kepalanya. Tetapi, suatu hari tepat pada ulang tahun Sena yang ke 7 ketika ia makan malam bersama ayahnya tanpa disadari Sena bertanya.
“Yah, kasih sayang seorang ibu itu seperti apa?”
Ini adalah kali pertamanya Sena bertanya tentang ibunya. Tapi yang Sena dapatkan bukanlah sebuah jawaban dari ayahnya. Melainkan sebuah ketidakjawaban tanpa sepatah katapun. Kemudian Ayahnya meninggalkan Sena dengan makanan-makanan yang lezat diatas meja makan malam.
Diatas meja makan malam Sena menikmati kesunyian serta isi kepala yang masih mempertanyakan tentang ibunya. Pukul menunjukkan pukul 10 malam, setelah beberapa jam bergelut pada isi fikirannya yang semakin kacau Sena memutuskan untuk tidur saja dari pada ia harus memikirkan sisi dirinya yang seringkali overthinking.
Malam menjelang tidur, tidak seperti biasanya, kali ini Sena tidur tanpa ditemani ataupun sebuah cerita dari ayahnya. Pukul menunjukkan pukul 12 malam, Sena belum juga tidur. Ia memutuskan untuk mengambil buku berwarna biru laut yang biasa ia gunakan untuk menulis segala hal yang ia fikirkan.
Hari ini adalah ulang tahun ku yang ke 7, aku tidak mengerti mengapa ayah tiba-tiba saja meninggalkanku di ruang makan ketika aku bertanya soal ibu. Mengapa ayah tidak menjawabnya? Karena ayah tidak menjawabnya maka aku tidak akan membuka sebuah kotak hitam yang ayah letakan secara rutin ketika aku berulang tahun dan aku tidak akan bertanya perihal ibu selain pada ulang tahunku.
17 januari
. . .
10 tahun sudah berlalu….
Masih sama Sena belum juga mendapat jawaban dari ayahnya. 10 tahun lamanya artinya 10 kali pertanyaan juga yang Sena berikan kepada ayahnya. Kejadian itu terulang kembali. Tentang sena yang menanyakan perihal ibunya. Kemudian tentanng ayahnya yang pergi begitu saja meninggalkan Sena ketika Sena menanyakan “Yah, kasih sayang seorang ibu itu seperti apa?” . kejadian nya juga di tempat yang sama yaitu dimeja makan malam.
. . .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar